Aksi dan Rapat Akbar Buruh Transportasi ; Supir itu Buruh dan Buruh Butuh Alat Politiknya Untuk Berkuasa

Kamis, 29 September 2011

Minggu 25 September 2011, ratusan buruh transportasi yang tergabung dalam Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia melakukan aksi dan rapat akbar yang bagi mereka sudah merupakan sebuah tradisi reguler. Pukul 09.00 wib massa sudah berkumpul di depan sekretariat SBTPI di Jl. Jampea Raya, Koja, Jakut. Massa bergerak long-march menuju pos 8 dan pos 9 terminal peti kemas Jakarta International Container Terminal (JICT). Setiap persimpangan jalan disempatkan massa untuk melakukan mimbar bebas yang menyuarakan tuntutan-tuntutan buruh transportasi (supir) pelabuhan.

Tuntutan mendesak yang massa ajukan masih sama seperti aksi-aksi sebelumnya yaitu persoalan pungutan liar (pungli) yang menipiskan pendapatan mereka. Namun secara umum, aksi mengangkat tema “reformasi pelabuhan” yang menyangkut juga sistem kerja kontrak/outsourcing yang dari awal memang sangat massif diterapkan bagi para supir, persoalan pelayanan bongkar muat, serta persoalan privatisasi pelabuhan yang semakin meningkatkan biaya-biaya bongkar muat tanpa menambah pemasukan negara. Menurut kawan Rosyid yang juga merupakan Sekjend SBTPI, persoalan buruh transportasi memiliki kesuilitan tersendiri. Dari awal para supir belum sama sekali menyadari bahwa mereka juga merupakan bagian dari kelas buruh secara keseluruhan yang entah berada di sektor transportasi, sektor ritel/niaga, sektor manufaktur maupun sektor lainnya.

Dengan membawa baliho besar yang dibopong oleh puluhan orang, massa berjalan kembali kedepan sekretariat SBTPI pada pukul 11.30. Sesampainya disana, telah terdapat sebuah panggung yang direncanakan menjadi tempat rapat akbar dan panggung musik. Walau terik matahari menyengat, massa terlihat masih bersemangat untuk berkumpul didepan panggung .

Rapat akbar dilakukan dengan orasi politik solidaritas secara bergantian dari organisasi-organisasi rakyat yang hadir dengan sesekali diiringi oleh lagu-lagu perjuangan yang dibawakan oleh Serikat Kebudayaan Masyarakat Indonesia .

Dalam orasi politiknya, perwakilan KPO-PRP, Mika Darmawan, menekankan tentang dua hal, yaitu tentang pentingnya kaum buruh transportasi terlibat dalam persatuan dengan buruh sektor lain serta rakyat lainnya; dan pentingnya kaum buruh untuk membangun wadah politik nya sendiri untuk berkuasa melalui revolusi Indonesia. “Tak ada jalan lain selain merubah sistem secara keseluruhan, oleh karenanya tak ada jalan lain selain berkuasa”, begitu katanya. Ditambahkan Mika, “untuknya (berkuasa), dibutuhkan latihan-latihan regular bagi kaum buruh, yaitu aksi-aksi militan dan pendidikan”. Sebelumnya, Dian Septi dari Forum Buruh Lintas Pabrik menekankan perihal penghancuran kapitalisme dengan mengedepankan metode mogok.

Rapat akbar tersebut juga dihadiri oleh Partai Pembebasan Rakyat, Federasi Perjuangan Buruh Jabodetabek, Federasi Serikat Pekerja BUMN, Kesatuan Perjuangan Organisasi Pemuda. Rapat akbar dan panggung musik selesai pukul 17.00 dengan pelajaran-pelajaran baru yang akan dibawa dikemudian hari. (kibar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar