Komite Penyelamat Organisasi_Perhimpunan Rakyat
Pekerja Polman (KPO-PRP POLMAN), Sentra Gerakan Progresif (SERGAP), Aliansi
Jurnalis Indonesia (AJI)Dan Forum Komunikasi Siswa Progresif (FKSP)
Krisis ekonomi yang berkepanjangan dan krisis bangsa
lainnya tidak pernah lepas dari krisis
global yang saat ini tengah menghajar sebagian besar negara-negara
kapitalis maju akibat membusuknya sistem kapitalisme yang sedang mencari jalan keluar melalui dominasi pasar dan
menggerakkan kembali perputaran modal dengan menciptakan perang. Penjajahan
gaya baru dipertontonkan oleh negara-negara kapitalis secara vulgar melalui
agen-agen mereka IMF, WTO, World Bank, maka dengan dalih memberi bantuan berupa
dana segar kepada negara yang sedang kolaps sekan-akan melegitimasi campur
tangan mereka dalam urusan kebijakan ekonomi politik yang akhirnya akan
menghamba kepada kepentingan modal. Hal utama yang akan dilakukan oleh para
kapitalis adalah mencari penjaga modal yang akan menjadi kaki tangan mereka
dengan memproduksi berbagai kebijakan-kebijakan yang anti rakyat.
Di bawah pemerintahan boneka Sby-Budiono,
kesejahteraan rakyat sangat jauh dari harapan. Apalagi mau membawa Indonesia
ini keluar dari krisis. Kita lihat saja, kebijakan ekomoni politiknya, sangat terlihat
keberpihakannya terhadap para pengusaha korup. Mulai dari pencabutan semua
subsidi rakyat, sistem perundang-undangannya, sampai penjualan aset-aset negara
ini.
Ketidakjelasan arah, kemudian rakyat menilai
lebih baik kembali ke jaman Orde Baru. Harga-harga masih murah, tidak ada rasa takut.
Semua sepertinya aman, hidup rasanya lebih mudah. Kaum buruh dan rakyat lainnya
harus hati-hati, pandangan ini menyesatkan. Krisis ekonomi yang kita alami
sekarang adalah hasil dari rejim Soeharto yang mengundang imperialis asing
masuk ke Indonesia. Pembangunan omong kosong yang hanya menggembungkan Soeharto
punya kantong! Kata siapa jaman Soeharto
aman? kaum miskin kota yang digusur paksa (kadang pakai senapan dan peluru)
untuk pembuatan jalan, rakyat dirampas tanahnya untuk pembangunan lapangan
golf, kaum buruh dibungkam (tentunya masih ingat nasib Marsinah yang dibunuh
oleh pemerintahan Soeharto karena memperjuangkan hak-haknya), tidak ada
kebebasan pers untuk mengungkap kenyataan adalah bukti-bukti nyata yang tidak
bisa dipungkiri. Ingat, rakyat pada masa itu tidak boleh bebas bicara. Bila
kaki rakyat diinjak Partai yg Berkuasa saat itu dan Tentara, lebih baik diam
daripada nyawa melayang. Satu persatu perlawanan rakyat dibungkam dengan
pembantaian rakyat. Ingat kasus Tanjung Priuk, ingat Trisakti, Lampung, 27 Juli,
dll.
Sebuah pertanyaan akan muncul dalam kepala kaum buruh dan
rakyat lainnya, kenapa Presiden, Kabinet, sudah berganti-ganti, tetapi kok
perubahan dan kesejahteraan tidak muncul? Jawabannya adalah karena
produktivitas nasional baik sektor swasta maupun negara mengalami kehancuran.
Elit politik di parlemen dan di pemerintahan tidak satupun yang mau dan mampu
memenuhi tuntutan kita. Mereka tidak mampu menyediakan syarat-syarat bagi
meningkatnya produktivitas nasional. Terbukti mereka malah memperdalam krisis
yang kita alami. Mereka menjual aset-aset yang seharusnya dipergunakan untuk
mensejahterakan kita, sambil mengutip uang mencalokan aset-aset rakyat
tersebut. Kemudian, apakah kita akan membiarkan penjajah Imperialisme yang
menguasai Republik ini, sehingga mereka dengan bebas dapat menggunduli hutan,
memeras keringat kaum buruh dengan upah murah, menghisap habis ladang emas
kita, yang semua keuntungan akan mereka bawa ke kas negara mereka masing-masing.
Yang rakyat lakukan sekarang ini adalah membangun
persatuan dan kekuatan rakyat sendiri. Persatuan ini harus kita kuatkan dan
luaskan supaya menjadi alat perjuangan rakyat yang semakin ampuh dengan
membangun sekretariat-sekretariatnya sebagai tempat menyatukan. Bicarakan
masalah-masalah penjajahan yang saat ini dihadapi dan pemecahannya bersama-sama
di sekretariat-sekretariat. Rancang aksi-aksi bersama di
sekretariat-sekretariat melawan penindasan yang saat ini dialami oleh seluruh
sektor masyarakat, yang akan menyatukan diantara semua persatuan yang berbeda
itu adalah kepentingannya untuk melawan penindasan yang dilakukan oleh penjajah
dan bonekanya.
Momentum 1 Mei 2012 ini, kami secara tegas membuat garis
demarkasi terhadap rezim secara nasional dan daerah, dengan menuntut:
1.
Gulingkan
Rezim Boneka Imperialis SBY_B OEDIONO, bentuk pemerintahan alternatif
2.
Tolak
Kebijakan Penjajash Neoliberalisme (privatisasi, cabut subsidi rakyat, menjual
aset Negara,dll)
3.
Naikkan
Upah 100% bagi buruh
4.
Tolak
Produk Undang-Undang Anti Demokrasi RUU PT yg merugikan mahasiswa
5.
Adili
dan Sita Harta Koruptor untuk Subsidi Rakyat
6.
Modal,
dan teknologi pertanian murah – modern dan mekanisme Mapalus untuk kaum Tani
7.
Pendidikan
Gratis, Ilmiah, dan Demokratis untuk Rakyat
8.
Kesehatan
Gratis untuk Rakyat
9.
Stop
Pengrusakan Lingkungan dengan dalih Pembangunan
10. Stop Penggusuran Tanah Rakyat, Kembalikan
tanah rakyat yang dirampas oleh negara dan swasta.
11. Tolak Penggusuran Pedagang Kaki Lima
Polman, 1 Mei 2012
RAKYAT
BERSATU LAWAN Neoliberalisme!!!
RAKYAT
BERSATU LAWAN REJIM BONEKA Neoliberalisme!!!
BERSATU
BENTUK PEMERINTAHAN DARI, OLEH, UNTUK RAKYAT MISKIN!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar