Kemerdekaan Penuh Tanpa Syarat Bagi Rakyat Palestina!

Minggu, 09 Oktober 2011

Krisis politik serta konflik berkepanjangan yang terjadi di Timur Tengah, kini memasuki babak baru. Presiden Palestina, Mahmoud Abbas telah secara resmi menyerahkan proposal pengakuan keanggotan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Harapan utama dari pengajuan proposal tersebut adalah agar Palestina diterima sebagai anggota ke-194 PBB. Upaya ini merupakan jalan panjang Palestina untuk memperjuangkan negara merdeka dan berdaulat dengan wilayah Tepi Barat yang mencakup Jerusalem Timur dan Jalur Gaza, yang diduduki Israel sejak perang Enam Hari pada tahun 1967. Terhitung sejak masa tersebut hingga saat ini, beragam tindakan brutal dan pelecehan telah dilakukan oleh Israel dan sekutunya terhadap Palestina sebagai sebuah Bangsa. Upaya perjuangan kemerdekaan inipun selama berpuluh tahun telah ditempuh dengan berbagai cara, baik secara politik, maupun dengan cara mengangkat senjata. Untuk itu, menjadi lumrah ketika Palestina mencoba menempuh jalan pengakuan atas tanah airnya melalui lembaga dunia internasional terbesar tersebut.

Berbagai dukungan dan solidaritaspun mengalir dalam upaya perjuangan kemerdekaan Palestina tersebut. Venezuela, Turki, Bolivia, Cuba, Cina dan beberapa negara lainnya, dengan secara tegas meminta PBB agar Palestina diterima sebagai anggota baru, yang juga berarti pengakuan Palestina sebagai Negara berdaulat di dunia internasional. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh stasiun berita BBC, menyebutkan bahwa mayoritas penduduk dunia, mendukung upaya kemerdekaan Palestina. Bahkan dukungan kemerdekaan Palestina tersebut, juga didukung oleh mayoritas rakyat Amerika Serikat, negara yang justru menjadi motor penentang upaya kemerdekaan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa, sesungguhnya rakyat dimanapun berada, memahami dengan baik bahwa sesungguhnya kemerdekaaan itu adalah hak bagi setiap bangsa, tanpa boleh dibatasi oleh siapapun.

Namun ditengah sokongan ini, upaya perjuangan kemerdekaan Palestina di forum internasional, justru mendapatkan reaksi keras dari Israel yang didukung oleh kekuataan imperialisme global, khususnya dari negara jantung Kapitalisme, Amerika Serikat. Bahkan Amerika melalui Presiden Obama, mengancam untuk mengunakan hak Veto AS sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, agar Palestina tidak diterima sebagai anggota baru PBB. Bahkan Kongres Amerika Serikat melakukan tindakan pembekuan bantuan 200 juta dollar AS yang sebelumnya diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur di Palestina. Ini sekali lagi membuktikan, bahwa bantuan keuangan AS selami ini, selalu disertai dengan embel-embel kepentingan yang berdiri dibelakangannya. Diluar itu, untuk menjadi anggota PBB, setidaknya Palestina harus mendapatkan 9 dukungan dari total 15 anggota Dewan Keamanan PBB. Namun hal ini tentu saja tidak mudah terpenuhi, apalagi mengingat kondisi terakhir dimana beberapa negara anggota tetap dewan keamanan, justru memberikan opsi agar Palestina diterima sebagai negara pengamat saja. Ini jelas merupakan upaya blokade politik, denga tujuan tidak diterimanya Palestina sebagai anggota PBB. Penghalang-halangan upaya Palestina tersebut, jelas merupaka pengingkaran terhadap hak setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri (self determination).

Namun harus dipahami, bahwa sesungguhnya perjuangan kemerdekaan Rakyat Palestina, tidaklah semata hanya dilakukan melalui cara diplomatis, termasuk melalui jalan pengajuan proposal keanggotaan PBB tersebut. Sebab kemerdekaan sejati tidak pernah dihadiahkan oleh siapapun, namun diperjuangan dengan segenap tenaga dengan tangan kita sendiri. Pun kemederkaan itu, mustahil akan diberikan oleh musuh kita sendiri. Harus dipahami bahwa jalan diplomasi yang ditempuh, tetap tidak boleh sekalipun meninggalkan jalan poilitik kita untuk terus mencarkan perang terbuka terhadap kekuatan imperialisme AS dan sekutu-sekutunya. Untuk itu, upaya solidaritas internasional diantara negara-negara dunia ketiga, juga penting untuk kita lakukan.

Untuk itu, kami dari Komite Penyelemat Organisasi Perhimpunan Rakyat Pekerja (KPO – PRP), menyatakan sikap:
  1. Memberikan dukungan sepenuhnya bagi Palestina untuk menjadi Negara yang merdeka dan berdaulat, sebab tanah, air dan kemerdekaan, adalah hak dasar bagi Rakyat Palestina, yang tidak boleh dihalang-halangi oleh siapapun.
  2. Menolak secara tegas, usulan menjadikan Palestina sekedar sebagai Negara pengamat dalam PBB. Hal tersebut jelas merupakan bentuk pengingkaran Palestina sebagai sebuah bangsa yang berhak menentukan nasib dan masa depannya sendiri.
  3. Mengutuk keras sikap Israel dan sekutunya, terutama Amerika Serikat, yang menghalang-halangi hak Rakyat Palestina yang memperjuangkan kemerdekaannya.
  4. Bahwa perjuangan kemerdekaa Palestina, harus ditempuh baik dengan jalan diplomasi maupun perjuangan secara politik dengan membangun solidaritas antar bangsa-bangsa yang selama ini dihina oleh kekuatan imperialis Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
  5. Menyerukan kepada negara-negara berkembang, khususnya blok anti imperialisme, untuk memberikan solidaritas dan bantuan dalam segala aspek, untuk mendukung upaya kemerdekaan Palestina.
  6. Menyerukan kepada semua elemen gerakan Internasional, untuk memberikan solidaritas seluas-luasnya untuk mendukung kemerdekaan Palestina tanpa syarat apapun. 

Kemerdekaan Penuh Tanpa Syarat Bagi Rakyat Palestina, Lawan Imperialisme Amerika Serikat dan Negara Bonekanya!

Sosialisme, Jalan Sejati Pembebasan Rakyat Pekerja!
Sosialisme, Solusi Krisis Global Kapitalisme!
Bersatu, Bangun Partai Kelas Pekerja!


Komite Penyelamat Organisasi - Perhimpunan Rakyat Pekerja
(KPO - PRP)

Jakarta, 10 Oktober 2011

Ketua Badan Pekerja Nasional
Mahendra Kusumawardhana

Sekretaris Badan Pekerja Nasional

Asep Salmin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar