Nasionalisasi PT Freeport Indonesia Dibawah Kontrol Buruh! Usir Imperialis dari Bumi Indonesia!

Rabu, 26 Oktober 2011

Digulingkannya Soekarno oleh Rejim Militer Soeharto menandakan mulai masuknya modal-modal internasional untuk merampok kekayaan Indonesia serta menjadikan rakyat Indonesia sebagai tenaga kerja murah. Tidak lama berselang pada tahun 1967 perwakilan dari Rejim Militer Soeharto bertemu dengan para kapitalis internasional seperti David Rockefeller, perusahaan bank dan minyak utama, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British-American Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation dan US Steel. Dalam pertemuan yang disebut sebagai Konferensi untuk Membantu Pembangunan Ulang Bangsa (To Aid In the Rebuilding of Nation).

Dari Konferensi tersebut Perusahaan Freeport Amerika memperoleh gunung tembaga di Papua Barat. Sebuah konsorsium Amerika dan Eropa mendapat tambang nikel di Papua Barat. Perusahaan Alcoa memiliki bagian terbesar dari bauksit Indonesia. Sekelompok perusahaan Amerika, Jepang dan Perancis menguasai hutan tropis Sumatra, Papua Barat dan Kalimantan. Kemudian dibuatlah Undang-undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) yang isinya bebas pajak bagi para penanam modal.

Sejak saat itulah PT Freeport menambang cadangan tembaga terbesar ketiga didunia. Namun hal itu berkembang, PT Freeport ternyata juga menambang cadangan emas terbesar didunia, perak dan bahan tambang lainnya yang tidak pernah dinyatakan secara terbuka. Berdasarkan laporan keuangan Freeport tahun 2009, disebutkan bahwa cadangan emas, tembaga dan perak tambang Grasberg masing-masing sebesar 38,5 juta ons, 56,6 miliar pound dan 180,8 juta ons.

Dengan harga rata-rata harga emas, tembaga dan perak selama periode penambangan diasumsikan masing-masing sebesar US$ 1000/ons, US$ 3,5/pound dan US$ 0,96/ons, maka total potensi yang dapat diperoleh dari tambang Grasberg adalah sekitar 236,77 miliar USD atau sekitar 2.200 triliun rupiah. Itu belum termasuk bahan tambang lainnya seperti cobalt, seng, platina, dsb. Itu juga belum termasuk hasil perampokan yang mereka lakukan selama 42 tahun.

Kekayaan yang demikian besar yang bisa saja digunakan untuk menghapus hutang-hutang najis Indonesia yang mencapai Rp 1.697,44 triliun. Situasi kemiskinan tak bergeming sedikitpun. Penduduk miskin Indonesia sendiri pada Tahun 2010 mencapai angka 31.023.400 orang, atau sekitar 13.33 % dari total Jumlah Penduduk Indonesia. Kondisi ini merupakan yang terburuk dalam 37 tahun terakhir. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka (TPA) hingga bulan Mei 2011 ini, sebesar 6,08 persen dari Total Jumlah Penduduk Indonesia. Harga-harga bahan pokok-pun terus menerus meningkat sementara subsidi terus dicabut. Demikian juga biaya pendidikan dan kesehatan tidak terjangkau oleh rakyat.

Yang sejahtera justru Rejim Militer Soeharto dan Kroni-kroninya termasuk para elit-elit politik hingga kini. Selama bertahun-tahun para pemimpin PT Freeport membina hubungan dekat dengan Rejim Militer Soeharto dan kroni-kroninya. PT Freeport bahkan membayar ongkos berlibur mereka, membiayai kuliah anak-anak mereka. Antara tahun 1998 sampai 2004 PT Freeport memberikan dana hampir 20 juta dollar kepada komandan-komandan militer maupun kepolisian. Setiap komandan mendapat puluhan ribu dollar. Dalam waktu singkat Freeport menghabiskan 35 juta dollar untuk membangun infrastruktur militer, juga 70 unit mobil land rover dan land cruiser untuk para komandan yang secara berkala akan diperbaharui. Di luar itu, masih ada Departemen Pengelolaan Resiko Keamanan, yang antara 1998 sampai 2004, mendapat kucuran dana 30 juta dollar.

Tidak heran kemudian PT Freeport terus menerus dilindungi oleh Rejim-rejim yang berkuasa di Indonesia. Diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) di Papua sejak tahun 1978 merupakan bukti nyata upaya sistematis tersebut. DOM ini sendiri muncul akibat adanya pemogokan massa besar-besaran di seputar area penambangan PT. Freeport Indonesia. Menurut investigasi Komnas HAM telah terjadi pelanggaran HAM dalam periode 1993-1995 didaerah Timika dan sekitarnya. Sementara itu PT Freeport juga telah melakukan penggusuran terhadap puluhan ribu rakyat di Papua, baik suku asli maupun transmigran.

PT Freeport bukan hanya menindas rakyat di Papua namun juga merusak lingkungan yang menjadi sumber penghidupan rakyat. PT Freeport telah membuang limbah tailing ke Sungai Ajkwa yang mencapai pesisir laut Arafura. Yang akibatnya mengkontaminasi sejumlah besar mahluk hidup dan mengancam perairan dengan air asam tambang. Bahkan sejumlah spesies aquatic di Sungai Ajkwa telah punah akibat limbah tersebut. Demikian juga sebanyak 23.000 hektar hutan diwilayah pengendapan limbah tersebut mati. Untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh PT Freeport diperhitungkan akan membutuhkan biaya sekitar 67 triliun rupiah. Jauh lebih banyak dari keuntungan langsung yang didapatkan oleh Rejim berkuasa sepanjang tahun 1992-2005 sebesar 36 triliun rupiah.

Kini PT Freeport Indonesia kembali bergejolak, buruh-buruh PT Freeport Indonesia melakukan pemogokan menuntut kesetaraan kenaikan upah hingga 15 Oktober 2011. Sebuah tuntutan yang wajar ditengah gelimangan emas, tembaga dan perak yang dimiliki oleh pemilik modal PT Freeport. Namun justru peluru tajam digunakan untuk menghalangi perjuangan yang dilakukan oleh buruh PT Freeport. Akibatnya pada tanggal 10 Oktober 2011, Petrus Ajam Seba seorang buruh yang bekerja dibagian catering meninggal dunia. Enam orang lainnya mengalami luka-luka serius tertembak dibagian punggung, kaki dan dada. Keenam buruh tersebut adalah Leo Wandagau, Alius Komba, Melkias Rumbiak, Yunus Nguluduan, Philiton Kogoya dan Ahamad Mustofa. Aparat keamanan juga menghalangi keluarga dan rekan-rekan korban untuk menjenguk mereka.

Oleh karena itu, kami dari Komite Penyelamat Organisasi Perhimpunan Rakyat Pekerja (KPO – PRP), menyatakan sikap :
  1. Mengutuk keras tindakan brutal aparat Negara baik kepolisian maupun militer yang telah mengakibatkan meninggal dunianya satu buruh dan melukai enam buruh lainnya.
  2. Mendukung sepenuhnya pemogokan buruh PT Freeport untuk menuntut hak-hak dan kesejahteraannya
  3. Menyerukan kepada seluruh kelas buruh dan rakyat Indonesia untuk mengambil alih dan mengelola sendiri seluruh aset-aset strategis demi kesejahteraan rakyat.
Imperialisme Amerika Serikat sedang mengalami serangan dijantungnya sendiri, ribuan rakyat Amerika telah turun ke jalan menduduki Wall Street dan kota-kota lain. Karena rakyat telah lelah berada dibawah penindasan Negara pemilik modal dan perusahaan-perusahaan multinasional. Demikian juga rakyat diberbagai belahan dunia; Timur Tengah, Afrika Utara, Amerika Latin bangkit bergerak menggulingkan rejim-rejim pro modal internasional.

Sudah saatnya kita menghentikan kerjasama dan mengusir modal-modal Negara Imperialis karena terbukti tidak menyejahterakan rakyat dan justru menindas jutaan rakyat dimuka bumi ini. Kerjasama justru dapat dilakukan dengan Negara-negara yang bersama-sama menjunjung tinggi prinsip solidaritas dan keadilan bagi rakyat dalam melawan kekuatan Imperialisme.

Pada akhirnya kesejahteraan bagi rakyat Indonesia hanya bisa didapatkan jika aset-aset strategis rakyat Indonesia dinasionalisasi dan berada dibawah kontrol buruh. Dengan kekuasan politik yang berada ditangan rakyat maka rakyat sendiri dapat menentukan penggunaan sumber daya tersebut untuk kesejahteraan rakyat sendiri.

Sosialisme, Jalan Sejati Pembebasan Rakyat Pekerja!
Sosialisme, Solusi Krisis Global Kapitalisme!
Bersatu, Bangun Partai Kelas Pekerja!


Jakarta, 12 Oktober 2011

Komite Penyelamat Organisasi Perhimpunan Rakyat Pekerja
(KPO - PRP)

Ketua Badan Pekerja Nasional
Mahendra Kusumawardhana

Sekretaris Badan Pekerja Nasional
Asep Salmin

5 komentar:

Imam Buknpriakaltim Lg mengatakan...

buat kawan2 q yg masih mogok kerja jngn mnyerah. q tw pnderitaan kalian yg jg sama q rasakn.demi menghormati saudra kita ayemi seba n leo wandegau tetap berthan. buktikan solidaritas kita kuat n bersiaplh untuk to be the winner.... kta bisa.

Illyin mengatakan...

Kami masyarakat awam mendukung upaya yang lebih Brilian dengan menghindari terjadinya korban Jiwa sebab telah banyak Kejadian serupa dimasa lalu dan yang terjadi ke depannya adalah beberapa orang yang menikmati Keuntungannya baik sengaja maupun tidak sengaja,..Bravo Keadilan...

Krissmrdj mengatakan...

FKI KSPSI Bekasi
Sa'at sekaranglah buruh/pekerja berjuang bersama-sama dalam mengawal jalannya pemerintahan. Buruh/Pekerja harus bisa "bersatu" untuk menggalang kekuatan yang seutuhnya. Buang jauh-jauh "kepentingan" pribadi...Kita HARUS BERUBAH untuk dapat MENGUBAH!!! Hidup Buruh/Pekerja INDONESIA...!!!

Pormanp mengatakan...

usir penjajah hasil bumi ,karena mereka memperkaya negaranya dan menindas darimana diperoleh hasil bumi berjuang terus untuk kesejahteraan rakyat

Luciazonggonau mengatakan...

Hukum harus ditegahkan. Almarhum Petrus Ayemiseba dan Leo Wandagau adalah Paklawan pembelah keadilan. Saya himbau kepada seluruh rekan karyawan-karyawati. Jangan pernah putus asa kalian adalah Paklawan. Salam solidaritas.

Posting Komentar