Gagalkan Kenaikan Harga BBM: Buruh dan Mahasiswa Jogja Mengepung Gedung Agung

Jumat, 06 April 2012

Kebijakan menaikan harga BBM yang dilakukan oleh Rejim SBY-Boediono jelas akan menyengsarakan rakyat Indonesia. Kenaikan harga BBM pasti akan mengakibatkan kenaikan harga untuk sembako dan harga-harga barang lainnya. Ditengah hampir 130 juta rakyat Indonesia hidup dengan penghasilan dibawah Rp 540.000,- perbulan kebijakan tersebut tentu akan semakin memiskinkan rakyat. Sejatinya kenaikan harga BBM justru akan menguntungkan para pemilik modal asing serta dalam negeri yang menguasai sumber daya minyak bumi dan gas Indonesia. 
 
Untuk menggagalkan rencana Rejim SBY-Boediono menaikan harga BBM tentunya dibutuhkan kekuatan perlawanan dari seluruh elemen rakyat. Untuk itu maka dibutuhkan konsolidasi dari seluruh rakyat Indonesia. Perlawanan untuk mengagalkan kenaikan harga BBM massif dilakukan di semua daerah di Indonesia. Bukan hanya mahasiswa tetapi seluruh rakyat termasuk buruh, petani, supir bis, ibu-ibu rumah tangga, pelajar, dan elemen rakyat lainnya turun ke jalan menolak kenaikan harga BBM.

Di Jogjakarta, perlawanan terhadap rencana kenikan harga BBM juga terjadi. Hampir setiap hari, aksi-aksi perlawanan terhadap kebijakan rezim Neolib yang mau menaikkan harga BBM dilakukan oleh rakyat. KPO PRP bersama organisasi gerakan lainnya membangun sebuah aliansi multi sektoral, yaitu Aliansi Rakyat Menggugat. 
 
Paska aksi bentrokan dengan aparat kepolisian tanggal 19 Maret 2012 di Depan kampus UIN Sunan Kalijaga, Aliansi Rakyat Menggugat mengadakan pertemuan besar dan lebih luas untuk mencoba merangkul elemen lain yang menolak kenaikan harga BBM. Di pertemuan tersebut juga dirumuskan program untuk melakukan aksi besar-besaran dengan metode-taktik radikalisasi rakyat. Konsolidasi memutuskan untuk melakukan aktifitas yang lebih membasis dengan targetan terjadi radikalisasi di tingkatan rakyat. Alat untuk meradikalisasi dan mengkonsolidasikan kekuatan tersebut adalah Posko-posko Rakyat. Posko tersebut akan berfungsi sebagai pusat aktivitas rakyat dalam menyikapi kenaikan harga BBM termasuk juga persoalan-persoalan lainnya yang dihadapi oleh rakyat. Aktifitas posko antara lain; bagi-bagi selebaran termasuk melakukan survey respon masyarakat terhadap rancana kenaikan harga BBM, diskusi, pentas seni, dan lainnya. Posko-posko yang dibangun berpusat pada kampung-kampung dan kampus serta posko utama sebagai sentral komunikasi dan koordinasi.

Pendirian posko mulai didirikan pada tanggal 26 Maret 2012. Secara serentak, pendirian dan aktifitas posko di realisasikan pada tanggal ini. Di posko utama yang bertempat di depan kampus UIN Sunan Kalijaga, lounching dilakukan dengan aksi mimbar bebas di depan posko. Sekitar 30an massa aksi memblokir jalan Solo dan melakukan orasi secara bergantian.

Paska pendirian posko, aktifitas mulai berjalan. KPO PRP, RESISTA dan KASBI mulai membagi selebaran dan angket di basis-basis seperti di Mall Ambarukmo Plaza, Plant Jaya Readymix, Pioneer, Karya Beton, Holcim, SC Enterprises dan pabrik sekitarnya, kampus UAJY, obyek wisata Alun-Alun Kidul serta berbagai kampung dan pabrik. Selebaran berisis seruan untuk menggalkan kenaikan harga BBM dan ajakn untuk menduduki serta mengepug Gedung Agung. Tema besar selebaran: “Harga BBM Naik, Rakyat Sengsara. Ayo Rakyat Bersatu, Bersama-sama Gagalkan Kenaikan Harga BBM.

Selain bagi-bagi selebaran, aktifitas kampanye yang dilakukan oleh kawan-kawan yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Menggugat adalah memasang spanduk-spanduk di perempatan jalan. Isinya adalah ajakan untuk bersatu menggagalkan kenaikan harga BBM serta menduduki Gedung Agung pada tanggal 31 Maret.
Aktifitas kampanye dan konsolidasi juga dilakukan dengan panggung rakyat. Pada tanggal 29, Aliansi Rakyat Mengugat membuat acara panggung seni di posko. Pangung rakyat tidak hanya menampilkan pementasan musik dan seni tetapi juga sebagai ruang politik. setiap organisasi dan individu diberikan ruang untuk berorasi dan menyuarakan pendapatnya berkaitan dengan rencana kanaikan harga BBM.

Situasi politik nasional yang sangat dinamis dimana terjadi perubahan suhu politik dengan cepat memaksa kawan-kawan di ARM harus bertindak dengan cepat juga. Tindakan cepat harus disertai dengan metode yang tepat. Sidang paripurna untuk membahas kenaikan harga BBM dilaksanakan tanggal 29 Maret dan diundur lagi tanggal 30. Tanggal 30 Maret puluhan ribu rakyat rakyat di seluruh Indonesia turun ke jalan melakukan perlawanan menolak kenaikan harga BBM. Sidang paripurna di jadikan momentum politik untuk melakukan aksi besar-besaran. Di Jakarta, ribuan massa rakyat menggepung gedung DPR untuk melakukan pressure politik terhdap anggota dewan yang sedang bersidang membahas APBN-P dimana di dalamnya terdapat point pengurangan subsidi BBM. 
 
Di Jogjakarta, sidang paripurna juga direspon dengan aksi massa. Momentum politik ini juga dijadikan ruang bagi Aliansi Rakyat Menggugat untuk melakukan respon politik. Tanggal 30 Maret, organisasi-organisasi di ARM melakukan konvoi dan bagi-bagi selebaran di titik kumpul massa. Konvoi berakhir di depan Gedung Agung dan ditutup dengan aksi mimbar bebas. Malam hari, menjelang keputusan rapat sidang paripurna Aliansi Rakyat Menggugat melakukan aksi mimbar bebas di titik nol (perempatan jalan Malioboro). Sambil orasi bergantian dan teriakan yel-yel: “Rakyat Bersatu Gagalkan Kenaikan Harga BBM”, aksi dilakukan sampai tengah malam. Berbeda dengan aksi massa di daerah-daerah lainnya yang mendapat represifitas dari aparat, aki-aksi di Jogja cenderung lancar. Aparat kepolisian terkesan baik dan membiarkan aksi-aksi massa meskipun aksi dilakukan dengan cara blokir jalan sampai malam, bakar ban, konvoi dan sebagainya.

Puncak aksi besar-besaran Aliansi Rakyat Menggugat dilaksanakan tanggal 31 Maret 2012. Sesuai dengan rencana awal, aksi akan dikonsentrasikan di Depan Gedung Agung (Istana Negara). Titik berangkat aksi massa dimulai dari Parkir Abubakar Ali, Malioboro. Sambil membawa poster, spanduk dan teriakan yel-yel serta lagu-lagu perjuangan, massa aksi bergerak menuju gedung Agung. Di depan Gedung Agung, massa ARM melebur dan bersatu dengan massa aksi lainnya seperti Aliansi Mahasiswa Mengugat, GMNI, BEM/Senat UAD, UST dan sebagainya. Ratusan orang kemudian menduduki Gedung Agung dan melakukan orasi-orasi, teaterikal serta pembakaran replika Babi sebagai symbol elit politik. Dalam orasi politiknya, perwakilan KPO PRP, Suharsih, mengatakan bahwa “Di daerah-daerah lainnya, kawan-kawan kita dipukul ditembak dan ditangkap oleh aparat kepolisian. Namun, di Jogja pihak kepolisian sengaja memasang Polwan untuk menghadapi massa aksi agar terlihat baik. Polwan di gunakan untuk menghadapai massa aksi karena menurut Kapolda, polwan merupakan manusia yang lemah. Ini jelas-jelas menginjak-nginjak martabat seorang perempuan dan hanya mengganggap perempuan sebagai penghibur. Kaum perempuan seharusnya melawan apabila ada orang yang merendahkan martabatnnya termasuk jika harga BBM dinaikan. Kaum perempuan mempunyai kepentingan untuk menolak kenaikan harga BBM karena perempuan lah yang selama ini bersentuhan langsung dengan ekonomi rumah tangga. Sudah saatnya kaum perempuan dan seluruh rakyat bersatu mengagalkan kenaikan harga BBM karena hanya dengan persatuan seluruh rakyat harga BBM bisa digagalkan. Dan rakyat harus membangun kekuatan politik dengan organisasi politik yang maju karena partai politik sekarang tidak pernah berpihak pada rakyat” (Rewako)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar