Siswa Polman Bicara Kapitalisme Pendidikan dan Solusinya

Jumat, 08 Juli 2011

Ilustrasi diskusi siswa-siswa di Polewali Mandar
Sulawesi Selatan. Diskusi ini mengangkat tema
mengenai  kapitalisme di dunia pendidikan serta
apa solusi untuk menjawabnya.
Rabu (06/07/2011) sejumlah siswa hadir dalam diskusi yang difasilitasi oleh Forum Komunikasi Siswa Progresif (FKSP) di Permandian Biru, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat. Forum ini merupakan organisasi yang beranggotakan para siswa yang merasa prihatin terhadap kondisi pendidikan dewasa ini. FKSP menilai masalah yang dialami dunia pendidikan kita bukannya berkurang, tetapi malah tambah parah. Pemerintah mengklaim pendidikan sudah digratiskan, nyatanya masih banyak pungutan liar dan sekolah menjadi ruang baru komersialisasi. Biaya perlengkapan sekolah kian menjulang, sementara demi masuk ke sekolah yang bermutu banyak orang tua dipaksa membayar biaya masuk ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Berbagai fenomena ini tak luput dari peserta diskusi. Bahkan tanpa tedeng aling-aling, seorang siswa mengatakan rezim SBY-Boediono yang tengah berkuasa gagal menciptakan pendidikan yang berkualitas. Di sektor-sektor lain pun sama saja. Di bidang ekonomi tak ada perningkatan kesejahteraan yang dirasakan rakyat, sementara di bidang politik, kebijakan-kebijakan pemerintah selalu ditolak. “Rezim hari ini gagal menerapkan UUD 1945, terutama bagian ‘tentang mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan kesejahteran umum’," tegas siswa tersebut mengutip bagian pembukaan konstitusi kita.

Siswa lainnya menganggap pendidikan telah dikapitalisasi oleh para pemilik modal, sehingga pendidikan diarahkan untuk mencari lapangan kerja semata. Akibatnya, substansi pendidkan telah bergeser dari mencerdaskan atau memanusiakan-manusia, menjadi berorientasi pasar. “Anak didik hari ini sedang dan akan disiapkan sebagai pengabdi, bahkan kasarnya, jongos bagi kapitalisme,” tegasnya.

Ketika ditanya oleh pengarah diskusi, apa solusi dari masalah-masalah tersebut, peserta diskusi menganggap tidak mungkin akan ada perubahan terhadap kondisi pendidikan di negeri ini selama pemerintahnya masih berpihak kepada kapitalisme. Maka, harus ada sistem baru yang memiliki keberpihakkan jelas terhadap rakyat. Sistem itu tidak lain adalah sosialisme.

Menarik dicermati bahwa para siswa kita cukup jeli dan terbukti mengikuti perkembangan permasalahan sosial dan politik. Lebih jauh, meskipun perlu diuji kembali, banyak siswa yang telah mengerti kebobrokan kapitalisme yang mengakibatkan pendidikan mahal dan kesejahteraan rakyat menguap. Dengan demikian, logikanya, diperlukan sistem lain yang bertentangan dengan kapitalisme. Siswa yang cerdas bisa dengan cepat mengenali sistem tersebut, yakni sosialisme.

Siswa saja berani mengatakan solusi bagi rakyat Indonesia adalah sosialisme, lalu bagaimana dengan Anda?

1 komentar:

Idha_petruz mengatakan...

selain komersialisasi pendidikan, kepedulian pencerdasan itupun kurang. terbukti dengan kurangnya pengetahuan dasar siswa terhadap pelajaran. jadi intinya pendidikpun harus dicerdaskan dengan pelatihan dan penyadaran akan tanggung jawabnya.

Posting Komentar