Bersama Bangun Kekuatan dan Kekuasaan Politik Kaum Buruh

Senin, 18 Juli 2011

Disampaikan Ketua Badan Pekerja Nasional Komite Penyelamat Organisasi Perhimpunan Rakyat Pekerja (KPO - PRP), Mahendra Kusumawardhana, di hadapan sidang Kongres II Progresip-Serikat Buruh Anggota Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), 16-17 Juli 2011 di Wisma Nusa Bangsa, Parung, Bagur

Sungguh tak terperikan kebahagiaan yang kami rasakan bisa turut berada di sini, bersama-sama kader Progresif nan progresif. Pertama-tama, atas nama keluarga besar KPO Perhimpunan Rakyat Pekerja, kami menyampaikan ‘selamat’ kepada kawan-kawan Progresip yang dalam dua hari ke depan menyelenggarakan kongres ke-2. Kedua, tentu saja kami mengucap terima kasih mendapat kehormatan bisa turut dan diijinkan sekedar menyampaikan sepatah dua patah kata di hadapan sidang yang terhormat.

Sudah banyak kesempatan bagi kami berada bersisian bersama kawan-kawan Progresip. Sejauh ini, tak ada terbersit keraguan atas keberanian dan militansi kawan-kawan, baik dalam mengemban tugas organisasi, maupun ketika bersama-sama dengan kawan seperjuangan lainnya. Bahkan kami berani menyatakan, kader-kader Progresip adalah kader-kader tauladan yang patut diikuti oleh serikat-serikat buruh lainnya, baik dalam lingkungan Konfederasi KASBI maupun di luarnya.

Kawan-kawan sidang kongres yang terhormat,

Ada banyak perkembangan, baik dalam makna positif maupun sebaliknya, yang sedang dialami serikat buruh di Tanah Air. Positifnya, kekuatan buruh semakin diperhitungkan oleh rezim, dimana banyak pengakuan bahwa hanya kekuataan kaum buruh saja yang bisa melangsungkan aksi massa secara besar-besaran dan relatif teroganisir.

Sebaliknya, menguatnya kekuatan buruh juga dibarengi fragmentasi, terpecah belahnya organisasi. Sedikit banyak, hal-hal semacam ini ikut mempengaruhi gerak dan daya juang serikat, serta dikerahkannya sebagian sumber daya dan energi untuk mempertahankan soliditas serikat. Ibarat semakin tinggi pohon semakin kencang pula angin yang menerpanya, begitulah yang saat ini dan besok-besok akan dirasakan kawan-kawan di Progresip.

Berkumpulnya banyak orang dalam satu wadah merupakan kekuatan besar, namun sekaligus pula menyimpan potensi perpecahan, sebab isi setiap kepala orang memang berbeda-beda. Hanya saja, semua yang sepakat di dalam Progresip harus mengingat dan menganggap ada mekanisme tertinggi yang menjadi acuan dan panutan. Dan kongres yang saat ini kawan-kawan ikuti inilah yang harus dijadikan panduan dalam bergerak dan bersikap ke depannya.

Jika hasil-hasil kongres tidak lagi dihargai sebagai mekanisme tertinggi yang patut dijunjung tinggi, maka tak adalah guna kita berkumpul di sini. Pengalaman-pengalaman seringkali menunjukkan hal ini. Subyektifitas dikedepankan. Kepentingan personal dan ego pribadi dikemukakan mengalahkan prinsip-prinsip dan program juang organisasi. Yang ada adalah siapa di pihak siapa, dan selebihnya berpihak ke yang mana. Mereka yang menganggap dan mengutak-atik bahwa siapa yang duduk dalam kepemimpinan lebih penting dari hasil-hasil kongres, sesungguhnya masih harus belajar berkumpul dan berserikat.

Hal inilah yang menimpa bekas kawan-kawan yang pernah senaungan dalam Konfederasi KASBI. Karena kalah dalam pertarungan yang jujur, adil dan demikian terbuka dalam kongres, kemudian ngambek, tidak bisa menerima kekalahan, menyalahkan yang dipilih dalam kongres dan lalu memilih memisahkan diri. Selamanya, jika karakter ini dipertahankan, mengedepankan kepentingan pribadi di atas hasil kongres, mereka akan tumbuh dalam kecurigaan sesama kawan sendiri, untuk kemudian memecah diri apabila kepuasan tidak teraih.

Kami berharap Progresip menjauhkan diri dari sikap-sikap picik demikian. Kawan-kawan di Progresip harus yakin keberadaan dalam konfederasi alternatif nan muda, berani, militan, merupakan pilihan terbaik sejauh ini, dan juga di masa yang akan datang. Dengan menjaga hubungan bersama elemen-elemen buruh lain, sekaligus berada dalam persatuan sesejatinya dalam konfederasi yang progresif, akan terus menjaga Progresip dalam perjuangannya mencapai dan meraih cita-cita.

Kawan-kawan sidang kongres yang terhormat,

Selanjutnya, kami ingin menekankan perihal posisi serikat buruh di hadapan kekuasaan. Kami berani menyampaikan, kami lebih rela bertepuk tangan seribu, sepuluh ribu hingga sejuta kali sebagai bentuk penghormatan kepada kawan-kawan, ketimbang sekedar angkat topi buat pemilik kekuasaan dan modal hari ini. Kami sangat tahu betapa keras kaum buruh membanting tulang demi mendapatkan upah. Tak ada waktu yang terlewat sedikit pun bagi kaum buruh untuk berlibur dan berleha-leha. Terlebih bagi kaum buruh yang berserikat sebagaimana kawan-kawan Progresip.

Cobalah bandingkan dengan elite politik atau para pemilik modal. Kerja mereka hanya lobi sana lobi sini, teken ini teken itu, tetapi hasil yang mereka peroleh jauh berlipat-lipat dari keringat buruh yang mengucur seharian. Mereka tak perlu naik angkot, berdesakkan dalam kereta atau menantang maut dengan bermotor ke tempat kerja. Mereka juga tak perlu memikirkan tagihan utang, bon-bon di warteg, cicilan motor atau rumah/kontrakan, juga biaya sekolah anak-anak. Dan ingat, tak ada keringat dari mereka yang mengucur di dahi, tak perlu merasa lapar, tak kepanasan karena selalu berada dalam ruang ber-AC.

Mereka bisa berpenghasilan, 10 x, 100 x, bahkan 1000 kali upah kaum buruh. Tetapi, apakah mereka bekerja 10 x, 100 x dan 1000 x lebih keras dari pekerjaan buruh? Kawan-kawan sendiri bisa menilainya.

Kondisi timpang ini, kami nilai, karena kekuasaan dalam berbagai aspeknya masih jauh dari jangkauan kaum buruh. Buruh belum bisa membentuk undang-undang yang mengatur dirinya sendiri, buruh tidak bisa menetapkan upah atas hasil jerih payahnya, dan bahkan berkumpul dengan sesamanya pun masih dihalang-halangi. Tanpa upaya sungguh-sungguh mengambil alih kekuasaan tersebut, buruh tidak akan pernah mencapai kesejahteraan senyatanya.

Upaya sungguh-sungguh itu tercermin dalam wujud tersedianya alat, kendaraan atau kapal yang mengantarkan kaum buruh dalam kekuasaan. Hanya saja, alat, kendaraan atau kapal ini harus dipastikan sebagai bangunan politik kaum buruh itu sendiri, tidak dititip-titipkan, tidak diamanatkan apalagi diserahkan ke elite politik.

KPO-PRP lahir dan hadir dalam kerangka ini, sebagai alat, kendaraan dan kapalnya kaum buruh. Ukurannya memang masih kecil, karena yang menggerakkannya juga masih sedikit. Tetapi apabila satu demi satu kaum buruh menyadari kepentingannya dan meyakini betapa seriusnya pembangunan alat politik bernama KPO-PRP ini, maka sedikit demi sedikit ia akan membesar dan meluas. Hal ini hanya bisa maujud manakala elemen-elemen progresif seperti kawan-kawan Progresip ikut mendukung, menyokong bahkan berjuang bersama KPO-PRP membangun partai politik kelas buruh.

Demikian sambutan kami. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar