Pergulatan Membangun Partai Massa Anti-Kapitalis di Perancis

Kamis, 28 Juli 2011

Prancis adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan sejarah. Salah satu kekayaan sejarahnya adalah sejarah panjang perlawanan kelas pekerja. Sejak “komune paris” sampai sekarang, tak pernah sedikitpun terlewatkan masa-masa dimana kelas pekerja tidak beregenerasi bagi sebuah gerakan yang revolusioner.

Demikianlah pengantar yang disampaikan Catherine, seorang kader NPA (Nouveau Parti Anticapitaliste atau Partai Antikapitalis Baru), Perancis, dalam diskusi terbatas (Jumat, 22/7/2011) yang diselenggarakan KPO Perhimpunan Rakyat Pekerja bersama Partai Pembebasan Rakyat. Catherine bersama rekannya sesama anggota NPA, Jean Francois, bertukar pikiran dengan 20 lebih aktivis dari beragam organisasi di sekretariat KPO-PRP, Jl Kawi-kawi Sawah, Johar Baru, Jakarta Pusat.

Menurut Catherine, tahun 1970-an adalah masa dimana kekuatan kiri yang diwakili oleh partai sosialis dan partai komunis mencapai titik puncak perimbangan kekuatan dengan kekuatan modal, namun kemudian menurun kembali akibat ketidakmampuan memberi jawaban dan kepemimpinan pada masa krisis 1980-an. Di masa krisis 1980-an itu, banyak terjadi serangan terhadap jaminan-jaminan bagi rakyat dan banyak terjadi pemogokan yang gagal sehingga membuat kaum buruh tidak lagi percaya pada diri sendiri, pada perjuangannya, maupun pada kelasnya.

Salah satu penyebab kegagalan pemogokan ini (juga pemogokan-pemogokan ditahun setelahnya) adalah partai-partai sosialis dan komunis yang semakin reformis dengan menolak pemogokan, dan karena bertentangannya serikat-serikat buruh dengan seruan pemogokan umum. “Serikat buruh di negeri imperialis seperti Perancis sudah sangat terintegrasi dengan kapitalisme, dan tidak akan mungkin mengkampanyekan tindakan yang konfrontatif dengan modal,” terang Catherine. Di masa ini, kekuatan kiri mulai terpecah kedalam beberapa kelompok/grup yang lebih kecil.

Sementara itu, proyek pembangunan NPA dimulai saat Pemilu 2005 yang menunjukkan hasil bahwa gabungan dari kekuatan-kekuatan “kiri jauh” ternyata mendapatkan 10% suara yang di antaranya disumbangkan dari partai buruh, workers struggle, maupun LCR. Di tengah kekuatan partai sosialis yang sudah semakin liberal, dan partai komunis yang semakin reformis, para aktifis NPA mulai menyatukan banyak spektrum “kiri jauh” dengan harapan memulai kembali perimbangan kekuatan dengan kekuatan kapitalis.

Namun dalam perjalanannya, tidak seluruh elemen menerima proposal NPA. Salah satu yang tersulit juga adalah meyakinkan gerakan-gerakan sosial yang besar namun belum mau percaya untuk terlibat dalam gerakan politik. Seperti halnya ketika 3 juta orang terlibat pada puncak perjuangan pemogokan, tapi kemudian undang-undang tetap disahkan dan usia pensiun tetap dimajukan. Pemogokan yang gagal selalu memiliki dampak pada keterlibatan kelas pekerja pada politik.

Sekarang, seperti di negara-negara lain di Eropa, baik Yunani dan Spanyol, pemerintah Perancis ingin membuat rakyat membayar hutang dari krisis yang diciptakan kapitalis, sehingga banyak pemotongan tunjangan yang akan semakin dihadapi oleh kelas pekerja. Sementara di sisi yang lain, revolusi rakyat di daerah Timur Tengah tidak begitu memiliki pengaruh pendorong di Eropa. Dalam konteks Indonesia, Jean Francois menambahkan, bagi NPA, peran Indonesia sebagai negara berkembang yang kaya akan sumber daya sangat penting bagi pendorong revolusi, baik di kawasan Asia maupun Eropa.

Di NPA sendiri sekarang sedang terjadi banyak perdebatan internal terkait strategi dan program. Dalam kongres 2011 terakhir, tidak ada kelompok yang mayoritas. Ada 40% “kelompok tengah” yang terus mengedepankan propaganda anti-kapitalis dan program-program alternatif di massa luas; ada 26% “kelompok kanan” yang mengajukan kelanjutan dari “front kiri” dengan partai sosialis dan komunis dalam menghadapi pemilu; sedangkan “kelompok kiri” yang berjumlah 29% ingin mengedepankan pembangunan partai revolusioner dan tidak ingin bergabung dengan front kiri lagi. Berkaitan dengan pemilihan presiden, kelompok tengah mendukung kelompok kiri untuk tidak lagi bergabung dengan front kiri.

NPA mengaku bukanlah partai yang reformis. Namun perdebatan internal yang cukup sengit dalam NPA sendiri juga belum menghasilkan sebuah formula program revolusioner yang mampu memimpin perjuangan kelas sampai pada kemenangan yang menentukan. Kita tunggu saja kabar selanjutnya. (Mika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar