Aksi Tujuh Tahun SBY di Yogyakarta

Selasa, 08 November 2011

Tanggal 20 Oktober kemaren, genap 7 Tahun SBY berkuasa dan 2 tahun bersama dengan Boediono. Memasuki 2 tahun kekuasaannya bersama Boediono, tidak sekecil pun tanda-tanda bangsa ini mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Sejak pelantikannya pada tahun 2009, sebagian besar rakyat Indonesia menaruh sikap skeptis terhadap kepemimpinan SBY-Boediono. Sikap pesimis tersebut ditandai dengan semakin banyaknya aksi-aksi yang dilakakukan oleh rakyat sebagai bentuk protes terhadap rezim SBY-Boedino yang gagal menyejaterahkan rakyat. Kegagalan dan kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan SBY-Boediono semakin diperkuat oleh laporan dari hasil survey yang dilakukan oleh lembaga survey. Dari laporan hasil survey tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia gagal memimpin negara ini.

Kegagalan membawa bangsa ke arah yang lebih baik disebabkan karena rezim SBY-Boediono menjalankan roda perekonomian di jalur Neoliberalisme. Neoliberalisme lah yang kemudian mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan semakin meningkat, buruh di upah murah, perampasan lahan petani, pendidikan yang kian mahal dasn berbagi problem social lainnya. Berangkat dari pembacaan kondisi tersebut, berbagai organisasi gerakan di jogja yang tergabung dalam KOMITE RAKYAT BERSATU melakukan aksi massa merespon kepemimpinan dua tahun SBY-Boediono. Dengan meganggkat tema: “REZIM SBY-BOEDINO PENGHIANAT AMANAT RAKYAT, SAATNYA GERAKAN RAKYAT BERSATU BANGKIT MELAWAN”.

Pemilihan tema ini didasarkan evaluasi terhadap kepemimpinan SBY-Boediono yang gagal memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Pemerinatahan SBY-Boedino lebih sibuk mengkonsolidaskan kekuatan politiknya, lebih sibuk mengurus reshuffle, sibuk mecari hutang dari pada mengurusi permasalahan yang dihadapi oleh rakyat. Selain kritik dan evaluasi terhadap rezim yang berkuasa, aliansi ini juga mnyoroti problem system yang dijalankan oleh rezim yang berkuasa. Rezim SBY-Boediono hanya menjadi boneka dan robot bagi kepentingan kepitalisme Internasinal dengan system Neoliberalismenya yang dijalankan di Indonesia.

Kondisi gerakan rakyat juga menjadi sorotan. Organisasi-organisasi yang tergabung dalam KRB menganggap bahwa problem gerakan rakyat hari ini sangat mengkhawatirkan: berserakan dan kecil. Dalam situasi politik yang kian memanas, kepemimpian organisasi gerakan rakyat sangat diperlukan untuk memberi arah perjuangan rakyat. Dalam orasi politinya, ketua KPO PRP Jogjakarta mengatakan bahwa “7 tahun kekuasaan SBY tidak memberikan secuil pun kesejahteraan bagi rakyat. Mari kita lihat satu-satu: di sector buruh; Upah urah, system kerja kontrak dan outsoucing masih menjadi cengkraman bagi buruh, di mana-mana perampasan tanah petani dan tidak ada subsidi bagi petani. Di dunia pendidikan, anakanak buruh, petani tukang becak, pedagang kaki lima, nelayan dan rakyat pekerja lainnya tidak bisa menyekolahkan anaknya. Kaum perempuan semakin menderita, nelayan tidak bisa melaut karena BBM semakin mahal, terjadi penggusuran di mana-mana termasuk kasus penggusuran yang terjadi di Jogja petani tambang pasir Besi di Kulonprogo dan warga Parangkusumo, kekayaan alam Indonesia dirampok oleh pemodal Internasional, korupsi semakin merajela”. Lebih lanjut, Akbar menegaskan bahwa “Kondisi rakyat yang kian menderita harus segera diselesaikan oleh rakyat itu sendiri. Rakyat Indonesia harus melakukan persatuan dengan organisasi sebagai alatnya. Kekuatan politik rakyat harus semakin ditingkatkan untuk menggempur kekuatan Neoliberalisme berserta anatek-anteknya di Indonesia. Hanya dengan organisasi politik lah sebagai alat perjuangan rakyat untuk merebut kekuasaan. Tanpa itu semua, mustahil kesejahteraan bisa di dapat”. Ketua RESISTA-JGMK, Danil Pay Halim semakin menegaskan bahwa “Sudah saatnya rakyat bersatu bangkit melawan Neoliberalisme. Hanya dengan persatuan rakyat lah maka Neoliberalisme dan rezim bonekanya bisa dihancurkan”

            Komite Rakyat Bersatu memulai aksinya di Parkir Abu Bakar Ali, Malioboro dan berakhir di Perempatan Kantor Pos. Berbagai poster di usung oleh barisan massa aksi. Tuntannya adalah permasalahan pokok yang dihadapi oleh rakyat saat ini seperti “pendidikan dan kesehatan gratis”, “Tolak Pengesahan RUU PT”, “Upah Layak Bagi Buruh”, “Tolak Penggusuran”. “Nasionalisasi Aset Strategis di Bawah Kontrol rakyat”, “Tanah, Modal dan Teknologi untuk Petani” dan berbagai tuntutan lainnya. Organisasi yang tergabung dalam Komite Rakyat Bersatu adalah KPO PRP, SMI, KONFEDERASI KASBI, PPI, LMND, PRD, FAM-J, PEREMPUAN MAHARDHIKA, RESISTA, PPBI, ARMP, PPR, PPMI, PMII, PEMBEBASAN. Aksi ditutup dengan pembacaan statement dan pembakaran foto SBY, Boediono, dan Mentri-mentrinya.(Akb)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar