Re-Occupy Melbourne dan Letupan Kontradiksi Didalamnya

Selasa, 08 November 2011

Seperti yang telah direncanakan maka pada hari Sabtu 29 Oktober 2011 dilancarkanlah aksi demonstrasi untuk melakukan pendudukan kembali (Re-Occupy) Melbourne, tepatnya di City Square. Setidaknya itu yang diketahui oleh penulis saat diputuskan di Rapat Akbar Occupy Melbourne pada tanggal 22 Oktober. Namun ternyata ada perubahan rencana, demonstrasi dimulai di Perpustakaan Negara Bagian Victoria pada pukul 12 siang. Kemudian sekitar seribuan massa bergerak menuju Treasury Garden, dekat gedung Parlemen Negara Bagian Victoria.

Sesampainya di Treasury Garden diselenggarakanlah Rapat Akbar untuk menentukan langkah selanjutnya, terutama tempat yang akan diduduki oleh gerakan Occupy Melbourne. Dalam rapat akbar tersebut pihak kepolisian melakukan pengepungan secara ketat dan menurunkan pasukan berkuda dan anti huru hara. Demikian juga polisi memberikan peringatan bahwa jika ada satu tenda atau instalasi lainnya didirikan maka akan langsung dibubarkan.

Setelah beberapa jam melakukan rapat akbar diputusan untuk kembali melakukan long march ke RMIT, sebuah universitas yang terletak dipusat kota serta mendudukinya. Massa kemudian berjalan menuju RMIT dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian. Namun setibanya disana ternyata orang-orang yang disebut menjadi inisiator kembali menyelenggarakan Rapat Akbar. Rapat Akbar kali itu kembali membicarakan mengenai tempat mana yang harus diduduki. Pilihan yang muncul adalah menduduki RMIT tersebut, hal ini diusulkan karena RMIT berada dipusat kota sehingga bisa maksimal melakukan kampanye. Demikian juga fasilitas untuk menopang pendirian tenda dan menginap tersedia. Serta pihak kepolisian tidak akan bisa membubarkan tanpa ada ijin dari RMIT. Namun pilihan ini diperdebatkan dengan alasan bahwa belum ada ijin dari pihak RMIT. Muncul juga ketakutan bahwa pendudukan RMIT akan mengakibatkan terganggunya proses belajar para mahasiswa disitu.

Yang lain mengusulkan agar menduduki taman.Demikian pilihan ini juga diperdebatkan karena secara politik pilihan ini menunjukan kekalahan. Hal ini berkaitan dengan bahwa taman tersebut berada jauh diluar pusat kota, sehingga minim kampanye. Demikian pula karena landasan dukungan terhadap tempat ini adalah kompromi terhadap polisi. Dimana kelompok-kelompok yang moderat dalam Occupy Melbourne tidak ingin adanya kontradiksi terhadap hukum ataupun kepolisian. Disisi yang lain di daerah dimana taman itu berada terdapat dua orang Konselir dari Partai Sosialis yang mendukung gerakan Occupy Melbourne yang telah memberikan ijin tertulis. Walaupun para Konselir tersebut mendorong pendudukan di pusat kota dan bukan di taman yang lain adalah menduduki kembali City Square, hal ini dapat dipastikan akan mengakibatkan bentrokan dengan pihak kepolisian. Beberapa perhitungan yang muncul adalah tindakan represi dari polisi justru akan semakin memperbesar kampanye dan solidaritas dari rakyat lainnya. Seperti yang telah ditunjukan paska pembubaran paksa oleh polisi pada tanggal 21 Oktober 2011.

Terdapat juga beberapa usulan yang lain namun tidak banyak didukung. Setelah sekitar 3 jam berdebat mulai muncul tindakan-tindakan tidak demokratis yang dilakukan oleh para inisiator dari gerakan Occupy Melbourne. Melihat bahwa mayoritas tidak ada yang mendukung melakukan pendudukan di Taman Edinburgh maka inisiator terutama yang mengurusi logistik makanan secara sepihak memindah seluruh logistik tersebut ke Taman Pada akhirnya tiba-tiba ada yang mengusulkan agar menduduki Perpustakaan Negara Bagian Victoria dan beberapa orang langsung saja bergerak kesana. Hal ini menimbulkan kebingungan diantara massa yang kemudian terpaksa mengikuti ke Perpustakaan.

Peristiwa tersebut menunjukan bagaimana konsekwensi buruk dari kepemimpinan klas menengah didalam gerakan Occupy Melbourne. Klas menengah yang merasa dirinya menjadi inisiator Occupy Melbourne ketakutan untuk berkontradiksi dengan hukum, polisi ataupun struktur Negara itu sendiri. Ini sejatinya menunjukan kelemahan perspektif politik dan pengalaman mereka dalam gerakan yang ada. Hal tersebut juga menjelaskan berbagai slogan ataupun program-program yang abstrak dan tanpa perspektif politik yang jelas.

Mereka terlihat tidak mampu menerima bahwa massa yang terlibat menjadi sedemikian maju dan radikal. Oleh karena itu yang bisa mereka lakukan adalah mencekik gerakan dengan tindakan birokratisnya. Mengirim bagian logistik ke taman tanpa keputusan bersama walaupun retorita demokratis yang selalu mereka ungkapkan. Posisi anti terhadap gerakan atau organisasi juga muncul karena ketakutan akan terkikisnya otoritas mereka didalam gerakan Occupy.

Berita terakhir yang diterima adalah sekarang bisa dikatakan terdapat dua Occupy Melbourne. Satu kelompok berkemah di taman Edinburgh. Dengan aktivitas yang sangat minimal sehingga dikatakan bukanlah gerakan Duduki (Occupy) tapi hanya Duduk-duduk ditaman, berdiskusi dan mengekspresikan eksistensinya. Sementara kelompok lainnya melakukan pendudukan dan konsolidasi regular di Perpustakaan Negara Bagian Victoria. Salah satu agenda yang mereka lakukan adalah melakukan tur keliling CBD dan berhenti dikantor-kantor perusahaan multinasional serta melakukan pemblejetan terhadapnya.

Kedepannya gerakan Occupy yang dapat berkembang terlihat adalah gerakan Occupy Melbourne yang berada di Perpustakaan Negara Bagian Victoria. Selain faktor bahwa telah menghasilkan kepemimpinan baru yang lebih progresif dan memiliki perspektif politik. Gerakan tersebut adalah mereka-mereka yang juga berjuang keras menghubungkan gerakan Occupy dengan gerakan klas buruh secara keseluruhan. Baik dengan memberikan solidaritas terhadap perjuangan klas buruh maupun melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan mobilisasi massa secara maksimal. (Mahendra K)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar