Bangkitnya Gerakan Buruh di Korea Selatan

Minggu, 13 November 2011

Pada hari Minggu, 13 November lebih dari 10.000 buruh yang tergabung dalam Korea Confederatioan Trade Union (KCTU) berkumpul di Seoul City Hall untuk memperingati dan mengenang perjuangan yang dilakukan oleh Chun, Tae-Il. Berbagai sektor berkumpul dan bersatu, cuaca dingin tak menyurutkan semangat mereka. Seorang pelopor gerakan buruh di Korea telah memberikan inspirasi perjuangan bagi rakyat di Korea. 

Sejak masuknya industrialisasi di Korea Selatan tahun 1960 tidak memberikan kesejahteraan bagi buruh. Perlawanan buruh terhadap industrialisasi yang tak memberikan kesejahteraan terjadi di kompleks kawasan “Peace Market”. Chun, Tae-Il adalah seorang buruh yang bekerja pada sebuah pabrik garment di kawasan “Peace Market”. Keresahan mulai menghinggapinya, ketika dia menyaksikan dan menyadari bahwa buruh diekspoitasi tanpa mampu melakukan apapun. Mayoritas buruh yang bekerja dipabrik garment ini adalah perempuan yang masih belia. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh buruh dikawasan Peace Market ini adalah kondisi kerja yang buruk, upah rendah, jam kerja yang panjang, PHK, sistem kerja yang tidak jelas.

Setelah membaca UU Perburuhan yang dia temukan secara tidak sengaja, dan terperangah karena tidak satupun isi dari undang-undang diterapkan di Peace Market, yaitu bahwa : Tujuan menetapkan standar perburuhan adalah untuk melindungi dan memperbaiki kehidupan dasar buruh. Dia menjadi pelopor gerakan buruh dikawasan tersebut, dan membentuk sebuah paguyuban yang bernama Society of Fools (paguyuban orang-orang dungu) dan mengajak teman-temannya untuk mulai mendiskusikan masalah-masalah yang mereka hadapi ditempat kerja. Pilihan nama tersebut diambil sebagai simbol, mereka memang dungu karena diam di tindas dan dieksploitasi dan hendak mengerjakan sesuatu yang orang lain anggap sebagai pekerjaan yang mustahil. Tidak tanpa tekanan dari majikan atas kegiatan para buruh ini, masih banyak buruh yang merasa takut akan kehilangan pekerjaan, dan intimidasi dari majikan menyebabkan banyak rencana yang telah disusun oleh paguyuban ini gagal dan tidak berjalan. Karena kondisi ini menyebabkan paguyuban bubar dan Tae-Il pun di PHK. 

Peristiwa diatas tidak membuat semangat Tae-Il padam, walaupun sempat merasa terpukul. Dia mencoba untuk membangun kembali yang telah hancur. Dia kembali ke Peace Market dan bekerja disana. Upaya kali ini yang dilakukan oleh Tae-Il lebih terstruktur. Anggota paguyuban yang sebelumnya tercerai berai, kini bersatu kembali dan mereka mendirikan “Perkumpulan Persaudaraan Samdong”. Mereka menyebarkan quisioner kepada buruh tuntuk mengetahui kondisi kerja dan menyusun sebuah pernyataan sikap yang diberikan kepada Menteri Perburuhan. Pernyataan sikap ini berisi tentang perubahan kondisi kerja dan ditandatangani oleh 90 orang buruh. Aksi para buruh tersebut ditayangkan pada sebuah televisi dengan judul : 16 jam sehari bekerja diruangan tersembunyi. Dari yang telah mereka lakukan tidak memberikan perubahan yang berarti, hingga pada tanggal 13 November 1970 terjadi sebuah aksi demonstrasi dikawasan Peace Market. Banyak aparat yang menghadang aksi para buruh, dan perlawanan atas penghadangan itu berhasil dimenangkan oleh buruh. Tae-Il melihat bahwa aparat akan menghabisi para buruh pada saat itu juga, dan terlintas dalam benak Tae-Il bahwa harus ada korban dalam aksi ini. Maka tanpa ragu-ragu dia menyuruh temannya untuk menyalakan korek api dan ditujukan ke tubuh Tae-Il, tanpa dia sadari apa yang akan dilakukan oleh Tae-Il. Setelah api berkobar, Tae-Il pun berlari ke tengah kerumunan masa dan meneriakkan “stop eksploitasi buruh”, “ taati hukum perburuhan”, “hari minggu libur”, dan seketika dia ambruk. Lalu buruh yang lain menyelamatkan Tae dan melarikannya ke rumah sakit. Selang beberapa jam bergejolak aksi buruh, dan pengorbanannya mendapatkan respon dari berbagai gerakan rakyat, pemogokan dan aksi terjadi dimana-mana. Dirumah sakit, Tae-Il tidak mendapatkan perawatan maximal dan tidak ada yang menjamin biaya rumah sakit, dan pada akhirnya Tae-il meninggal dunia. Perjuangan yang dilakukan oleh Tae-Il bersama buruh yang lain menjadi tonggak penting dalam gerakan buruh di Korea, dan mulai para buruh membentuk serikat. Setiap tahunnya kaum buruh di Korea memperingati kematian nya, dan tahun ini 2 bulan yang lalu ibunda Tae-Il pun meninggal dunia, beliau terus terlibat dalam gerakan buruh sepeninggalnya Tae, dan mendapat sebutan sebagai Ibu para aktivis di Korea. (Djatiwangi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar