Konfederasi KASBI Yogyakarta Tuntut Upah Layak 2,5 Juta

Kamis, 17 November 2011

Penolakan terhadap Upah Minimum Propinsi yang diusulkan Dewan Pengupahan juga terjadi di Yogyakarta. Selasa, 15 November 2011, massa dari Konfederasi KASBI wilayah Yogyakarta mendatangi Gedung DPRD Propinsi DIY. Di depan gedung DPRD, massa menyerukan penolakan terhadap UMP tahun 2012 yang diusulkan oleh Dewan Pengupahan sebesar Rp. 873.845,00. Angka ini menurut KASBI sangatlah tidak layak dan tidak sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) buruh di Jogja bahkan untuk seorang lajang sekalipun. Angka ini juga sangat jauh berbeda dengan hasil survey KHL yang dilakukan oleh KASBI wilayah Jogjakarta yaitu sebesar Rp. 2.559.150,00.

“Upah murah yang diberikan kepada buruh telah lama diberlakukan sejak jaman Orde Baru. Hal ini dikarenakan rejim lebih senang menghamba pada kepentingan para pemodal dibandingkan menyejahterakan rakyat. Saatnya buruh bangkit dan bersatu melawan politik upah murah”, demikian bunyi orasi solidaritas dari Arsih, Sekretaris KPO PRP Jogjakarta di depan Gedung DPRD yang disambut oleh massa dengan menerikan yel-yel “Buruh Bersatu, Tolak Upah Murah!” Massa semakin bersemangat ketika orasi dilanjutkan oleh Akbar, Sekretaris KASBI wilayah Yogyakarta dengan menyampaikan bahwa UMP 2012 yang diusulkan Dewan Pengupahan adalah Upah yang sangat jauh dari layak dan juga mendesak pemerintah segera mencabut Permenaker No. 17 tahun 2005 yang menjadi dasar perhitungan upah tak layak tersebut.

Selepas  orasi-orasi di depan Gedung DPRD, massa kemudian bergerak menuju Kantor Gubernur DIY. Sepanjang jalan menuju Kantor Gubernur, massa tampak menjadi pusat perhatian masyarakat yang sedang berada di kawasan Malioboro. Hal ini karena barisan massa sangat menarik,  semua berpakaian merah, memakai poster yang dipasang di dada berbunyi “Upah Layak 2,5 juta” dan poster di punggung berbunyi “Upah Murah 873 ribu”. Massa juga mengenakan safety helm bertuliskan “KASBI”.  

Di depan Kantor Gubernur, massa dihadang puluhan Satpol PP dan juga polisi. Massa kemudian meneriakkan yel-yel dan mulai membakar semangat dengan menyanyikan lagu “Buruh Tani”. Orasi solidaritas dari mahasiswa disampaikan oleh Pita Suryani yang mewakili Resista dan Jonando Barus mewakili Jaringan Gerakan Mahasiswa Kerakyatan (JGMK). Dengan tegas, kedua orator menyampaikan dukungan mahasiswa terhadap perjuangan buruh menuntut upah layak. Juga menyampaikan, upah yang tak layak telah membuat pendidikan hanya dinikmati oleh orang-orang kaya, anak-anak buruh tidak akan pernah mengenyam pendidikan tinggi. Heru Yuanta, Koordinator KASBI wilayah Yogyakarta kemudian menyambung orasi dengan menyampaikan bahwa Dewan Pengupahan harus segera direformasi karena hanya berisi kepanjangan tangan para pemodal.

“Buruh Bersatu Tolak Upah Murah! Buruh Berkuasa Rakyat Sejahtera!”, Yel-yel tersebut berkumandang saat Irianto, orator dari KASBI maju memberikan orasinya. Dengan lantang, dia menyampaikan agar Sultan (Gubernur DIY) menghitung dengan cermat bahwa UMP yang diusulkan oleh Dewan Pengupahan sangatlah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan buru. Dia juga menyebutkan bahwa Jogja tidak akan menjadi istimewa jika upah buruhnya rendah. Orasi-orasi di Kantor Gubernur diakhiri setelah orasi solidaritas dari Perempuan Mahardhika yang turut hadir mendukung tuntutan KASBI.

Massa kemudian bergerak menuju Gedung Agung, kembali menyerukan tuntutan dan dilanjutkan  dengan pembacaan sikap oleh Koordinator Aksi. Dan lagu Internasionale kemudian berkumandang menutup aksi. (Ars)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar